Putaran Dua: NU, Jokowi, Golput atau FPI, PKS dan Kelompok Khilafah


Setelah putaran pertama selesai, beberapa orang yang memprediksi Anies akan menang di putaran kedua nanti. Mereka kemudian menjumlahkan hasil suara Anies yang 40 persen dengan Agus 17 persen, sementara Ahok hanya 43%. Mereka menganggap pilgub DKI semudah matematika anak SD, 40 + 17 = 57.

Padahal dalam politik dan pemilu, kenyataannya tidak akan sesederhana itu. Dalam putaran kedua nanti, meski Agus dianggap sudah merapat ke Anies, tidak berarti suara Anies otomatis ditambah suara Agus dan menang.

Ada banyak faktor penentu di pilgub DKI putaran kedua, mari kita bahas satu persatu:

Suara NU

Saya melihat ada beberapa elemen suara yang memilih Agus pada putaran pertama. Salah satunya adalah warga NU. Ini terlihat dari pernyataan ketua MUI Maruf Amien yang mengatakan bahwa secara lembaga NU tidak bisa mendukung secara resmi, tapi sudah tau bahwa warga NU akan memilih Agus Sylvi. Selain itu, ada juga Munahar, PWNU DKI yang diajak umroh VIP bersama Agus dan istrinya.

Kasus penistaan agama yang dituduhkan kepada Ahok, kemudian hadirnya Maruf Amien di sidang yang tidak mengakui pernah ditelpon SBY, memang sempat membuat warga NU geram pada Ahok. Mungkin juga sampai sekarang.

Tapi patut diingat, selama ini NU adalah kelompok Islam yang paling bijak dan benteng 4 pilar kebangsan. Mereka dapat dipastikan tidak mungkin bergabung dengan FPI, PKS dan kelompok Islam garis keras yang teriak bunuh-bunuh-bunuh di tengah jalan dan sekarang berada di gerbong Anies Sandi.

Sikap warga NU sangat jelas, lihat saja pada 2014 lalu, mayoritas mereka memilih Jokowi karena di kubu Prabowo ada FPI, PKS dan kelompok Islam garis keras. Ini artinya pada putaran kedua April nanti Anies mustahil mendapat dukungan dari NU. Sebab tentu tak akan pernah terbayang NU bisa satu panggung dengan FPI.

Pendukung Jokowi

Sebagian pendukung Jokowi yang tidak mau mendukung Ahok pasti memilih AHY. Terlepas dari kenyataan bahwa AHY anak SBY, para pemilih tetap menilainya sebagai orang baru. Para pendukung Jokowi ini tentu saja tidak sudi memilih Anies pada putaran pertama sebab di belakangnya adalah FPI, PKS dan Prabowo. Kelompok yang sama pada 2014 lalu dan sudah kita kalahkan bersama.

Pada Pilgub putaran dua nanti, hanya tersisa Ahok atau Anies? Saya melihat para pendukung Jokowi di Jakarta nantinya akan lebih memilih Ahok. Sebab Anies adalah menteri yang dipecat Jokowi, yang dulunya menjelek-jelekkan Prabowo tapi sekarang malah berdiri berdampingan dengan Prabowo, melupakan segala ucapan negatif yang dulu diangkat sebagai bagian dari masalah serta beban masa lalu.


Sementara Ahok, dulunya adalah wakil Gubernur Jokowi dan tidak pernah ada konflik. Berjalan beriringan dan kompak. Sekarang Ahok maju dari PDIP, partai pengusung dan mengantarkan Jokowi menjadi Presiden 2014 lalu. Tentu saja dua hal ini sangat cukup untuk dijadikan alasan mengapa pemilih Jokowi di Jakarta akan memilih Ahok pada putaran dua nanti.

Selain itu, Prabowo sudah mengatakan “jika ingin Prabowo Presiden 2019, pilih Anies Sandi.” Artinya bagi yang tidak ingin Prabowo menjadi Presiden, maka harus pilih Ahok.

Kelompok nasionalis

Merapatnya FPI, PKS dan kelompok Islam radikal ke kubu Anies sudah pasti membuat alergi kelompok nasionalis. Selama ini mereka memperjuangkan pilar kebangsaan, dan tentu saja tidak akan sudi mendukung kelompok para pejuang khilafah yang sering teriak kafir kafir dan takbir.

Pendukung AHY atau Golput

Dari tiga faktor tadi, bisa jadi sebagian sudah masuk ke suara AHY. Tapi bisa juga masih golput. Patut dicatat bahwa angka golput di Pilgub DKI mencapai 1.668.902 pemilih. Lebih besar dari pemilih Agus yang hanya 936.609 suara.

Artinya, selain memperebutkan suara Agus yang mungkin saja bagian dari 3 kelompok yang saya sebutkan tadi, bisa juga karena mereka sedang kebingungan atau membiarkan hasilnya ke masyarakat yang lain.

Tapi kalau mereka para golput ini dihadapkan pada pilihan Ahok atau Anies yang didukung FPI dan PKS, tentu saja mereka akan memilih Ahok yang didukung kelompok nasionalis. Para golput ini akan turun gunung memilih Ahok sebagai perlawanan kepada kaum khilafah yang ingin mengubah sistem negara.

Kalau berkaca pada Pilgub 2012, kondisinya kurang lebih sama. Jokowi Ahok menang putaran pertama, Foke melaju ke putaran kedua didukung oleh PKS, FPI dan yang sejenisnya. Secara matematika dasar, memang Jokowi Ahok akan kalah dengan Foke. Sebab pada putaran pertama Foke mendapat 34% dan Jokowi Ahok 42%. Tapi kemudian PKS merapat ke Foke, dengan harapan suara Hidayat Nurwahid yang 11% dapat beralih ke Foke sehingga nantinya mereka bisa unggul dari Jokowi. Tapi kenyataannya pada putaran kedua Jokowi tetap unggul 53% sementara Foke hanya 46%.

Artinya Pilgub DKI memang tak akan sesederhana matematika anak SD. Ada banyak faktor, dalam konteks Pilgub 2017 sekarang ini saya melihat 3 faktor tersebut cukup vital dan menentukan. Tinggal pertanyaannya adalah, apakah kelompok nasionalis, NU, pendukung Jokowi dan golput akan membiarkan kelompok Anies yang berisi FPI, PKS dan yang memperjuangkan khilafah?

Sampai saat ini saya melihat mereka tak akan membiarkan kelompok khilafah merongrong Indonesia. NU tak mungkin bersatu dengan FPI yang rajin mengatakan kafir, bunuh dan kata propaganda lainnya. Pendukung Jokowi tak mungkin mau Prabowo kembali nyapres, apalagi membayangkan jadi Presiden.

Begitulah kura-kura.

SUMBER:seword.com
loading...

0 Response to "Putaran Dua: NU, Jokowi, Golput atau FPI, PKS dan Kelompok Khilafah"

Post a Comment